Salah satu penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk-pilek. ISPA disebabkan oleh virus, dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Penyakit ISPA
merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem pertahanan
tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk-pilek pada balita di Indonesia
diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata
mendapat serangan batuk-pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun.
ISPA yang
berlanjut menjadi pneumonia (radang paru-paru) sering terjadi pada anak-anak
terutama apabila terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan
yang tidak sehat. Risiko terutama terjadi pada anak-anak karena meningkatnya
kemungkinan infeksi silang, beban immunologisnya terlalu besar karena dipakai
untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak tersedianya atau malah
berlebihannya pemakaian antibiotik.
Hingga saat ini
angka kematian akibat ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali
disebabkan karena penderita datang untuk berobat dalam keadaan parah/lanjut dan
sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi.
A. PENGERTIAN
ISPA sering
disalah-artikan sebagai Infeksi Saluran Pernapasan Atas. Yang benar, ISPA
merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut, yang meliputi
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Penyakit
infeksi akut yang menyerang salah satu atau lebih bagian dari saluran napas
mulai dari hidung (saluran bagian atas) hingga jaringan di dalam paru-paru
(saluran bagian bawah).
Istilah ISPA
meliputi tiga unsur yakni ‘infeksi’, ‘saluran pernapasan’, dan ‘akut’, dimana
pengertiannya adalah sebagai berikut :
1. Infeksi
Adalah masuknya
kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran
pernapasan
Yang dimaksud
dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru
(alveoli), beserta organ-organ di sekitarnya.
3. Infeksi Akut
Adalah Infeksi
yang berlangsung sampai dengan 14 hari ( £ 14 hari ). Batas 14 hari diambil
untuk menunjukkan proses akut.
B. PENYEBAB
& PENCETUS ISPA
Saluran
pernapasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa bersilia
(silia = rambut-rambut halus). Udara yang masuk melalui rongga hidung disaring,
dihangatkan dan dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh
rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan
terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke
posterior/belakang ke rongga hidung dan ke arah superior/atas menuju faring.
Secara umum,
efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan
silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat
membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi
lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan
rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut
akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri
lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan
terjadinya infeksi saluran pernafasan.
Menurut WHO (World
Health Organization = organisasi kesehatan dunia), pengeluaran lendir atau
gejala pilek terjadi pada penyakit flu ringan disebabkan karena infeksi
kelompok virus jenis rhinovirus dan/atau coronavirus. Penyakit ini dapat
disertai demam pada anak selama beberapa jam sampai tiga hari. Sedangkan
pencemaran udara diduga menjadi pencetus infeksi virus pada saluran napas
bagian atas.
ISPA dapat
ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, udara pernapasan yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasannya.
KLASIFIKASI
ISPA
Program
Pemberantasan Penyakit ISPA (P2 ISPA) membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan
yaitu pneumonia (radang paru-paru) dan yang bukan pneumonia.
Pneumonia
dibagi lagi atas derajat beratnya penyakit, yaitu pneumonia berat dan pneumonia
tidak berat.
Penyakit
batuk-pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas
bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian
besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi
antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita.
Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin.
Berikut ini
adalah klasifikasi ISPA berdasarkan P2 ISPA :
v
PNEUMONIA : ditandai secara
klinis oleh adanya napas cepat.
v
PNEUMONIA BERAT : ditandai
secara klinis oleh adanya tarikan
dinding dada ke dalam.
v
BUKAN PNEUMONIA : ditandai secara klinis oleh
batuk pilek, bisa
disertai demam, tanpa tarikan
dinding dada
kedalam, tanpa napas cepat.
TANDA-TANDA BAHAYA
Pada umumnya
suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan dan
gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala
menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan
pernapasan dan mungkin meninggal.
Bila sudah
dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit
dengan mortalitas yang lebih tinggi. Maka, perlu diusahakan agar yang ringan
tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan
tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.
Berikut ini
adalah tanda bahaya yang perlu diwaspadai pada seorang penderita ISPA :
v TANDA-TANDA BAHAYA SECARA UMUM :
ü Pada sistem pernafasan : napas cepat dan tak teratur, retraksi/tertariknya
kulit ke dalam dinding dada, napas cuping hidung, sesak, kulit wajah kebiruan,
suara napas lemah atau hilang, mengi, suara nafas seperti ada cairannya
sehingga terdengar keras.
ü Pada sistem peredaran darah dan jantung : denyut
jantung cepat dan lemah, tekanan darah tinggi, tekanan darah rendah dan gagal
jantung.
ü Pada sistem saraf : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
kejang, dan koma.
ü Gangguan umum : letih dan berkeringat banyak.
ü Tanda-tanda bahaya pada anak
golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun : tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor/mendengkur, dan gizi buruk.
ü Tanda bahaya pada anak golongan umur kurang dari 2 bulan : kurang bisa minum (kemampuan minumnya
menurun sampai kurang dari setengah volume yang biasa diminumnya), kejang,
kesadaran menurun, mendengkur, mengi, demam, dan dingin.
PERAWATAN
PENDERITA ISPA DI RUMAH
I.
Mengatasi panas (demam)
ü Untuk orang dewasa, diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol.
ü Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun, demam diatasi dengan memberikan parasetamol
dan dengan kompres.
ü Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk waktu 2 hari. Cara
pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan dosisnya, kemudian digerus dan
diminumkan.
ü Memberikan kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air biasa
(tidak perlu air es).
ü Bayi di bawah 2 bulan dengan demam sebaiknya segera dibawa ke pusat
pelayanan kesehatan.
II. Mengatasi batuk
ü
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman, yaitu ramuan
tradisional berupa jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
ü
Dapat digunakan obat batuk lain yang tidak mengandung
zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan, dan antihistamin.
III. Pemberian
makanan
ü
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit
tetapi berulang-ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika
muntah.
ü
Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
IV. Pemberian
minuman
Kekurangan
cairan akan menambah parah sakit yang diderita. Usahakan pemberian cairan (air
putih, air buah, dan sebagainya) lebih banyak dari biasanya. Ini akan membantu
mengencerkan dahak dan mencegah kekurangan cairan.
V. Lain-lain
ü
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang
terlalu tebal dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam à menghambat
keluarnya panas.
ü
Jika pilek, bersihkan hidung untuk mempercepat
kesembuhan dan menghindari komplikasi yang lebih parah.
ü
Usahakan lingkungan tempat tinggal yang sehat, yaitu
yang berventilasi cukup, dengan pencahayaan yang memadai, dan tidak berasap.
ü
Apabila selama perawatan dirumah keadaan memburuk,
maka dianjurkan untuk membawa ke dokter.
ü
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, obat
yang diperoleh tersebut harus diberikan dengan benar sampai habis.
ü
Dan untuk penderita yang tidak mendapatkan antibiotik,
usahakan agar setelah 2 hari kembali ke dokter untuk pemeriksaan ulang.
PENCEGAHAN
Pencegahan ISPA
dapat dilakukan dengan :
ü
Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
ü
Imunisasi.
ü
Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.
ü
Mencegah kontak dengan penderita ISPA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar